HIDUP UNTUK BEKERJA, KARENA HIDUP DATANG DARI KERJA

HIDUP UNTUK BEKERJA, KARENA HIDUP DATANG DARI KERJA
GEREJA KINGMI WAGAAMO YANG MEMBUAT SEJARAH

Selasa, 29 Desember 2009

HIDUP UNTUK BEKERJA, KARENA HIDUP DATANG DARI KERJA

HIDUP UNTUK BEKERJA, KARENA HIDUP DATANG DARI KERJA

Mandat TUHAN Untuk Manusia Bekerja di Bumi
Kej. 1:28; 3:16-17.

”Kerja” atau ”pekerjaan” adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau dan kelompok masyarakat demi kelangsungan hidupnya. Tugas ”KERJA” adalah mandat yang telah diberikan oleh TUHAN kepada manusia dari sejak di Taman Eden demi kepentingan pribadi manusia dan pekerjaan TUHAN. TUHAN menempatkan manusia pertama di Taman Eden supaya manusia mengerjakan, melestarikan, merawat, dan menikmati dari hasil kerja tersebut. Karena hidup tanpa kerja akhirnya akan menuju maut. Bekerja adalah suatu perwujudan atas rencana TUHAN supaya manusia boleh hidup dan dalam kehidupan itu juga dapat menyelesaikan segala persoalan yang akan timbul secara silih berganti, TUHAN mau supaya rahasia kehidupan sudah tertanam dalam pekerjaan semua ciptaan TUHAN. Manusia bekerja untuk kelangsungan hidup, karena Firman TUHAN melalui pena Rasul Paulus mengemukakan dalam II Tesalonoka 3 : 10 bahwa ”Jika seorang tidak mau bekerja, jangan ia diberi makan” hal ini sangat benar, karena manusia adalah makhluk hidup yang telah memiliki, jiwa, sosial, dan rasio atau dengan kata lain manusia diberi tugas memelihara dan mengola Taman Eden ciptaan TUHAN itu.

Mandat TUHAN adalah mutlak bagi manusia di bumi dengan bagaimana manusia melakukan tugas dan pekerjaan terhadap bumi serta alam ciptaan ini. Di tinjau kembali Kejadian 1:18 ”Beranak cuculah dan bertambah banyak, penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, dan berkuasalah” dan TUHAN menempatkan manusia pertama beri tugas ”untuk memelihara dan menjaga taman”. Mandat yang sangat superior ini diberikan wewenang secara konsekwen kepada manusia dengan maksud, supaya semua manusia akan menjadi tujuan di atas tanah yang telah dibagikan masing-masing batas wilayah, pulau, suku, dll. Seperti kata Rasul Paulus dalam khotbahnya di atas Areopagus kepada orang-orang Atena, bahwa: ”Dari satu orang saja Ia telah menjadikan semua bangsa dan umat manusia untuk mendiami seluruh muka bumi dan Ia telah menentukan musim-musim bagi mereka dan batas-batas kediaman mereka,” (Kisah Para Rasul 17 : 26).

Berangkat dari Kejadian 3 : 16 – 19, TUHAN berkata kepada kedua manusia bahwa ”Kamu akan mencari rezeki dengan susah payah dari tanah ini untuk seumur hidupmu”, berarti penulis mengintensifikasikan bahwa TUHAN memberikan beban kerja kepada kedua manusia, mulai dari manusia pertama serta garis keturunannya hingga manusia hari ini, tugas yang utama dan yang terutama adalah KERJA dan MENGOLAH harta kekayaan alam yang diciptakan TUHAN, yang disertai dengan tangisan dan derai air mata sebagai bagian dari manusia untuk bertanggungjawab atas hidupnya. Seperti Jerry dan Marry White menuliskan juga bahwa :

”Kerja adalah bagian yang utuh dari kehidupan, konsep ini muncul dari pandangan yang penuh penghargaan terhadap tanggung jawab kepada keluarga. Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan mereka membuat seseorang tersingkir dari masyarakatnya. Setiap anak-anak Yahudi dan tuntut untuk belajar melakukan pekerjaan”, (Marry, 1997:16).

Bekerja merupakan tanggung jawab manusia terhadap hidupnya, untuk memenuhi diberbagai bidang kehidupan. Bekerja juga didevinisikan sebagai usaha sesuatu yang perlu dikembangkan, dalam hidupnya untuk menjawab berbagai kebiasaan yang dampaknya berbeda. Bekerja adalah kunci dari segala-galanya artinya tanpa kerja manusia tidak mungkin hidup, dan bekerja membuktikan tanda kehidupan dalam dunia ini. Karena orang mati tidak mungkin bekerja terhadap suatu pekerjaan. Kerja adalah kehidupan.

Mandat TUHAN untuk manusia bekerja di bumi dalam berbagai bidang pembangunan, antara lain :

a. TUHAN melengkapi kita dengan talenta untuk manusia bekerja di dalam berbagai bidang (Matius 25:14-30).

Perumpamaan tentang talenta mengingatkan kita bahwa tempat dan pelayanan kita di sorga akan ditentukan oleh kesetiaan dalam kehidupan dan pelayanan kita di bumi (bnd. Ayat 29 bahwa: ”Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya”). Talenta melambangkan semua kemampuan, waktu, sumber daya, dan kesempatan untuk melayani ELOHIM ketika masih di bumi ini. Hal-hal ini dianggap oleh ELOHIM sebagai sesuatu yang dipercayakan kepada kita dan kita bertanggung jawab untuk mengelolanya dengan sebijaksana mungkin.

Dalam mewujudkan mandat TUHAN untuk manusia bekerja di bumi dalam berbagai bidang pembangunan manusia seutuhnya, TUHAN tidak menyuruh kita tanpa memfasilitasi kita dengan talenta, bakat, skill (kecakapan; penguasaan disuatu bidang), dll. Tetapi TUHAN telah melengkapi kita dengan talenta-talenta untuk mengembangkannya.

TUHAN telah memberikan bakat atau talenta kepada setiap manusia. Hal itu sebagai alat kelangsungan hidup manusia dengan jalan mengembangkan talenta atau bakat tersebut.

b. Mandat TUHAN untuk manusia bekerja di bumi ini, yaitu: keterlibatan kita dalam dunia usaha dan keterampilan.

Usaha adalah suatu kegiatan dengan mengarahkan tenaga, pikiran, dan waktu untuk mencari sesuatu maksud, pekerjaan atau perbuatan (bagaimana caranya usaha-usaha yang harus dikembangkan oleh kita untuk lebih jelasnya baca di bab III c). Kita perlu memikirkan visi yang mengarahkan bagaimana keterlibatan usaha dapat diterapkan dalam Gereja melalui berbagai bidang, keterampilan yang sangat penting dan menolong bagi Gereja supaya Gereja menjadi kreatif (mempunyai kemampuan untuk mencipta) sebagaimana Peter Wongso menuliskan bahwa :

”Tenaga puncak pimpinan adalah tenaga inti dalam organisasi yang mempunyai pandangan jauh ke depan, kreatif dan mempunyai rasa tanggungjawab. Mereka menatap pekerjaan apa yang mereka dilakukan oleh organisasi, mengenal situasi (keadaan; kedudukan; letak) dengan jelas, dan mempunyai kehendak serta bertaktik (siasat; akal; muslihat/daya pikir/jalan/keluar) dalam melakukan segala sesuatu. Maka tenaga puncak pimpinan ini juga adalah tenaga strategi (ilmu siasat perang; muslihat untuk mencapai sesuatu). Tenaga ini adalah sangat diperlukan Gereja masa kini”, (Wongso, 1999 : 48).

Wongso memberikan pemahaman mendasar bagi pemimpin Gereja dan Gembala masa kini, supaya mereka menyadari visi ke depan yang kreatif (mempunyai kemampuan untuk mencipta) untuk melihat serta merangsang segala bidang. Kondisi hidup dan sosial ekonomi perkembangan dunia, dan Gereja hari ini sangat disayangkan sehingga adanya kepedulian oleh berbagai komponen, itu sebabnya sebagai Gembala, Pengurus Gereja dan Anggota Jemaat Klasis Wagamo mengerti dan memahami keterlibatan dalam segala usaha keterampilan adalah mandat TUHAN untuk manusia bekerja dibumi ini. Di sini Penulis juga menuliskan beberapa pikiran dasar sesuai keadaan riil (wujud/sungguh-sungguh ada) di daerah ini, bahwa bagaimana Jemaat mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan mencari dana seperti: mengadakan kegiatan jahit-menjahit, pahat-memahat, bangun-membangun, bercocok tanam atau usaha tani, perikanan, peternakan, ukir-ukiran, anyam noken serta kembangkan potensi lain yang dapat dikembangkannya. Semua kegiatan seperti di atas itu untuk menunjang kesejahteraan atau Kebutuhan Ekonomi Gembala dalam pelayanan dan memenuhi pelayanan sosial dalam membangun Manusia seutuhnya yaitu jasmani dan rohani untuk mewujudkan Kerajaan ELOHIM di bumi Klasis Wagamo.

Dalam terjadinya perubahan-perubahan terhadap kondisi hidup dunia ini, maka semua komponen Gereja tidaklah tutup mata, melainkan kita dituntut untuk semakin berubah. Itu sebabnya memiliki visi yang panjang terhadap berbagai usaha keterampilan yang dapat ditempuhi oleh Jemaat TUHAN.

c. Mandat TUHAN untuk manusia bekerja di bumi ini, yaitu: keterlibatan kita dalam dunia Pendidikan.

Pendidikan adalah suatu hal yang penting sehingga perlu diupayakan secara individu (perseorangan/pribadi) maupun kelompok dalam masyarakat. Pendidikan dapat diterapkan proses belajar mengajar untuk mengubah hidup manusia secara baik, pendidikan adalah kunci dari segala persoalan, pendidikan yang layak bagi Warga Gereja Jemaat Klasis Wagamo adalah metode pemakaian terhadap tuntutan zaman. Pendidikan dilaksanakan bila ada teguran seperti Anda Ismail menulisan :

”Sasaran pendidikan bukanlah hanya mengarahkan kepada penguasa pengetahuan dan keterampilan, tetapi kepada perilaku dan kepribadian yang matang. Sasaran akhirnya adalah seseorang yang memiliki integritas (kesempurnaan / kesatuaan/ kejujuran) diri hanya menggunakan imannya dalam menjawab tantangan hidup dan mampu memanusiakan sesamanya dengan berbagai kehidupan kesejahteraan dan dikaruniakan kepada manusia”, (Ismail, 1999 : 158).

Pendidikan sangat penting di kalangan Warga Gereja untuk menciptakan manusia dengan maksud utama, yaitu suatu proses yang panjang dari ketidakberdayaan, ketertinggalan, ketidaktahuan ketidakmampuan, kebodohan dan kebutahan diberbagai bidang sampai menjadi keberdayaan, kemampuan, kemajuan dalam segala bidang kehidupan manusia. Pendidikan sangat berguna bagi manusia tanpa dibatasi dengan faktor umur, latar belakang serta tingkat kedudukannya, karena pendidikan mempunyai makna yang sangat dalam dan luas bagi manusia. Maka sebagai Pemimpin Gereja jeli (tajam/awas) melihat hal itu dan menanganinya.

Gereja adalah wadah yang sangat penting untuk membina Warga Jemaat secara mental dan fisik, karena itu Gembala dan Pemimpin Gereja meiliki visi untuk membina, dan menyiapkan para anggota Jemaat dan melibatkan dalam kegiatan-kegiatan yang sifatnya pembinaan untuk kelancaran pelayanan TUHAN dalam berbagai bidang usaha, melalui keterlibatan dan mengambil bagian sebagai tugas utama dalam kehidupan orang Kristen di masa kini dan kedepan.

Pengkaderan warga Jemaat adalah kegiatan dari tugas pembinaan. Membina orang sebagai pengkaderan artinya mentranspormasikan sebagai pengalaman terhadap orang lain. Disini penulis sangat prihatin bahwa pengkaderan dalam Gereja adalah konsep TUHAN seperti YESUS membina, mengajar, menyiapkan dan mengkaderkan murid-murid-Nya melalui lahir (jasmani) dan batin (rohani). Dengan maksud YESUS bahwa karena Ia akan meninggalkan mereka, maka merelah yang akan meneruskan tugas dan pekerjaan-Nya. Hal ini terbukti dan berarti bahwa YESUS tidak tinggal diam, ketika Ia bersama dengan umat-Nya di bumi Ia telah Memuridkan orang melalui pembinaan supaya mereka yang akan melanjutkan pelayanan dan Ia bekerja keras saat itu melalui berbagai bidang kegiatan pelayanan-Nya, merupakan visi misi dan pelayanan yang hebat, dari semuanya YESUS menyiapkan dan mengkaderkan anak-anak-Nya adalah memberikan motivasi kepada umat selanjutnya mereka terus-menerus melakukannya ditengah-tengah masyarakat lain.

Di Gereja hari ini pada khususnya pada Kelasis Wagamo, perlu memiliki jiwa pengkaderan teori maupun praktek yang mengajar dimana terungkap dalam Ulanga 6 : 4-6, I Timotius 1 : 59. pengkaderan itu terus berkembang mulai dari pihak keluarga, Jemaat, atau Gereja, Lembaga-lembaga, dan Organisasi. Konsep yang murni dapat membuka mata dan melihat setiap unsur pada dunia yang terus beruba ini.

Dengan demikian Gereja TUHAN mampu menjagokan dengan saingan era Globalisasi moderen (perubahan zaman yang baru) dalam segala aspek kehidupan manusia yang sedang terjadi di akhir-akhir ini.

Pendidikan tidak hanya di sisi teologi saja, tetapi pendidikan umum juga. Lebih lagi Gereja menyekolahkan dan membiayai pendidikan keahlian dalam segala bidang. Seperti di bidang Pendidikan Teologi; Jurusan :Teologi (Kependetaan), Sosiologi Agama, Pendidikan Agama Kristen, Musik Dasar Gereja, Kepemimpinan Kristen, Missiologi dan lain-lain. Tetepi di bidang Pendidikan Umum; Jurusan : Penerbangan, Kedokteran, Teknik Listrik/Computer/Bangunan/ Pertambangan, Manajemen, Ekonomi, Bahasa, Kehutanan, Hukum, Pemerintahan dan lain-lain sebagainya. Pada akhirnya Gereja akan maju karena mereka-mereka yang menggelar seperti di atas ini akan menjadi harapan Gereja Klasis Wagamo hari esok yang akan digantikannya.

Pendidikan dalam Gereja adalah perwujudan dari visi Gembala untuk memberikan dan memotifasikan serta memuridkan orang untuk keterlibatan dalam kegiatan gerejani. Pendidikan dapat dilaksanakan dalam Gereja secara berulang kali seperti yang dikatakan dalam Ulangan 6 : 1 – 9, untuk menciptakan manusia yang berintelektual (kecakapan) yang berkwalitas (mutuh/guna) dalam hal rohani dan jasmaninya.

d. Mandat TUHAN untuk manusia bekerja di bumi ini, yaitu: keterlibatan kita dalam dunia Pemerintahan.

Gereja dan Pemerintah adalah terpenting yang perlu menyikapi berbagai persoalan terhadap warga Gereja. Sebenarnya Gereja dan Negara saling membantu satu sama yang lain dalam tugas-tugasnya dengan cara tidak intervensi (campura tangan) satu dengan yang lain dalam melaksanakan tugasnya masing-masing. Seperti Sairin J. M. Patiasina menuliskan bahwa : ”Gereja tidak boleh berdiri di atas Negara, Negara tidak boleh berdiri di atas Gereja, tetapi Gereja dan Negara berdiri berpisah, dengan tugas masing-masing” (Sairin dan Patiasina, 1996 : 24). Dimana Gereja melihat terhadap Negara dan sebaliknya Negara terhadap Gereja di dalam memenuhi kebutuhan satu dengan yang lain untuk masyarakatnya.

Hal tersebut ini berarti tidak ada berpihakan, karena dasar dan sistem organisasi yang berbeda. Perbedahan terlihat dari kinerja (tugas/pekerjaan) yang dilaksanakan oleh manusia. Bahwa Gereja berorientasi (peninjauan/pandangan) pada pelayanan vertikal (hubungan TUHAN dengan masyarakat), tetapi Pemerintah berfokus pada hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan horizontal (hubungan manusia dengan manusia). Gereja akan berperan dalam hal rohani supaya tercipta manusia yang bersopan santun dan bertaqwa kepada TUHAN Pencita dan lebih daripada itu membawah manusia kepada TUHAN supaya diselamatkannya. Tetapi peran Pemerintah dalam hal jasmani dengan cara mensejahterakan manusia.

Seharusnya Gereja menjadi pengawas dalam berbagai pembangunan pemerintah dan berani bertindak jika pembangunan yang merugikan dan mengorbankan masyarakat yang adalah Anggota Tubuh KRISTUS atau Gereja TUHAN. Hal itu sesuai dengan apa yang dikatakan oleh A. A. Yowangoe bahwa : ”Tugas Gereja adalah mengatakan apa yang benar memang benar, dan apa yang salah memang salah”, (Yowangoe, 2002 : 41). Gereja harus menyatakan kebenaran terhadap ketidakadilan dan penyelewengan yang dilaksanakan Pemerintah terhadap Masyarakat. Seperti Dewih Srih menuliskan bahwa : ”Gereja boleh menuntut Pemerintah agar berlaku adil dan bijaksana sesuai dengan undang-undang yang berlaku (Kis. 16 : 19 – 40; 22 : 23 – 25, 27)” (Srih, 2000 : 202). Di situlah letak Gereja terpanggil untuk menegur dosa struktural (lembaga), yang dilakukan oleh Pemerintah. Mengapa Gereja harus menyatakan kebenaran terhadap ketidakadilan dan penyelewengan yang dilaksanakan Pemerintah terhadap Masyarakat, karena mereka adalah akar Gereja dan akar Pemerintah. Gereja dan Pemerintah ada karena adanya Masyarakat.

Di sini penulis mengangkat dua ayat yang berbicara tentang Pemerintah antara lain : 1) Roma 13 Rasul Paulus mengatakan Pemerintah adalah wakil TUHAN yang harus dipatuhi. 2) Wahyu 13 Yohanes mengatakan bahwa Pemerintah yang menindas Masyarakat dengan kekerasan adalah musuh dengan TUHAN atau lambang Iblis. Berikut ini adalah paparan dari kedua ayat di atas ini :

1. Roma pasal 13. Paulu mengatakan: ”Pemerintah adalah Wakil TUHAN Yang Harus di Patuhi” (Srih; 2000 : 142 – 143).

Rasul Paulus mengatakan dalam Surat Roma kepada Jemaat Roma bahwa ”kamu harus berpatuh kepada Pemerintah, sebab Pemerintah adalah wakil TUHAN”. Apa yang dikatakan oleh Rasul Paulus di atas ini kita melihat kembali bahwa Paulus belum pernah mengenal dan mengunjungi di Jemaat Roma. Jemaat di Roma bukan didirikan oleh Rasul Paulus, melainkan oleh karena orang-orang percaya yang telah bertobat pulang dari Yerusalem yang pernah dengar Injil, merekalah yang mendirikan Jemaat di Roma, seperti yang dituliskan dalam Alkitab Penuntun Hidup berkelimpahan bahwa : ”Orang-orang Yahudi yang telah bertobat pada hari Pentakosta Kis. 2 : 10 Paulus tidak memandang ke Roma” (Penuntun, 1832). Hal ini berarti bahwa Paulus tidak mengetahui dan mengenal secara pasti sistem tentang birokrat (sistem pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai) Pemerintah yang dilakukan di kota Roma. Sehingga ia menuliskan surat dan mengirimkan kepada Jemaat Roma, ia hanya mendengar pertumbuhan Iman mereka, akhirnya Paulus menuliskan bahwa ”Pemerintah adalah wakil TUHAN yang harus dipatuhinya”. Sementara dia tidak melihat Jemaat disitu yang sedang disiksa oleh Pemerintah Roma yang kejam.

2. Wahyu Pasal 13. Yohanes mengatakan: ”Pemerintah yang menindas masyarakat adalah musuh dengan TUHAN atau atau lambang Iblis”. (Srih, 2000 : 152).

Yohanes mengatakan dan menuliskan bahwa Pemerintah yang menindas adalah musuh dengan TUHAN atau lambang Iblis. Ungkapan ini mendasari dengan pengalaman yang dilaksanakan oleh Pemerintah bahwa dari penguasa pemerintahan kota Roma mendirikan patung dan berhala, diwajibkan seluruh masyarakat datang sembah, jika masyarakat yang tidak menyembah, maka Pemerintah mengambil inisiatif (sikap) secara kekerasan atau paksa untuk menindas, membunuh, mengolok, dimaki dsb. kepada orang Kristen di Roma. Akhibat kekerasan akhirnya termasuk Yohanes, ia dibuang ke pulau Patmos. Kenyataan yang benar-benar realistis (terbukti/pasti) terjadi pada diri Yohanes dan semua konteks Pemerintahan begitu kejam terhadap umat TUHAN, sebagaimana Ola Tulluan menuliskan bahwa : ”Pemerintah Kaisar Domitian (A. D. 81 – 69) yang begitu kejam terhadap orang-orang Kristen” (Tulluan, 1999 : 194 – 295). Dengan konteks situasi saat itu Yohanes telah mengalami berdasarkan jeritan (penderitaan) pengalam kisah nyata dalam hidupnya, maka Yohanes mengatakan bahwa ”Pemerintah adalah musuh TUHAN , atau pemerintahan lambang Iblis”, setan yang merusakkan manusia.

Sebagai intensifikasian (pengupayaan secara sungguh-sungguh) dari kedua ayat bahasa dan ungkapan, antara Paulus dan Yohanes mempunyai konteks bahasa dan ungkapan, serta masing-masing latar belakang hidup yang berbeda dalam masyarakat. Itulah sebabnya Gereja hari ini mengerti dan memahami sikap Pemerintah terhadap Warga Gereja, bahwa Pemerintah dengan eksistensi atau keberadaannya adalah mengadakan penintadasan, pencurian (korupsi) kekerasan, penipuan, pemerkosaan, pembunuhan serta mengadakan perlakuan yang menentang dengan kebenaran Firman TUHAN. Kita mengerti dari sudut pandang manakah dapat dipatuhi Pemerintah? Apabilah Pemerintah yang mengerti dengan masyarakat secara sadar dan membangun, maka dapat mematuhi dan menghargai ketetapan-ketetapan sebagai wakil TUHAN. Tetapi Gereja dipanggil untuk bertindak menegur dosa struktural (lembaga) dengan cara dan tindakan memintah dialog dengan secara aksi Demo Damai untuk mencari serta menciptakan suasana damai dan mencari keadilan dan kebenaran yang diharapkan semua pihak, bukan merusakkannya. Karena TUHAN memberikan mandat kerja kepada kita dalam dunia Pemerintahan.

e. Mandat TUHAN untuk manusia bekerja di bumi ini, yakni: dalam penanganan HAM.

Sebelum kita melihat sikap kita sebagai Gembala dan Pemimpin Gereja terhadap Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) disini penulis menulis melalui tulisan ilmiah dan mengangkat ayat dari Alkitab bahwa:

”Janganlah engkau memperkosa hak orang asing dan anak yatim; juga janganlah engkau mengambil pakaian seorang janda menjadi gadai. Haruslah kauingat, bahwa engkau pun dahulu budak di Mesir dan engkau ditebus TUHAN, ELOHIM-mu, dari sana; itulah sebabnya aku memerintahkan engkau melakukan hal ini. Dalam mengadili jangan pandang bulu. Baik perkara orang kecil maupun perkara orang besar harus kamu dengarkan. Jangan gentar terhadap siapa pun, sebab pengadilan adalah kepunyaan ELOHIM. Tetapi perkara yang terlalu sukar bagimu, harus kamu hadapkan kepadaku, supaya aku mendengarnya”, (Ulangan 24 : 17 – 18; 1 : 17).

Suatu tinjauan di atas ini adalah untuk mengangkat suatu perkara dari sisi netral, tanpa perbedaan latar belakang dan itulah mandat TUHAN dalam menangani pelanggaran HAM. Bahwa TUHAN menempatkan manusia di bumi ini dengan hak yang sama tetapi mahluk sosial yang akan membutuhkan patner/temannya di dalam kehidupan. Seperti yang dikatakan oleh A. Masyur bahwa : ”Manusia sepanjang hidupnya tidak akan pernah dipisahkan, kalau ingin hidup aman tentram, damai, adil, dan makmur”, (Masyur, 1996 :126). Perkataan ini sangat benar bahwa sebagai ciptaan TUHAN berhak hidup, dan memiliki kenyamanan di atas tanahnya sendiri dimana TUHAN menempatkan kita di masing-masing wilayah kerja.

Dari dahulu, TUHAN Sang Pencita telah membagi-bagikan wilayah kerja kepada setiap manusia yang mendiami di bumi ini. Seperti Alkitab menuliskan bahwa : ”Dari satu orang saja menentukan batas-batas untuk mendiami mereka”, (Kisah. 17 : 26). Berarti bahwa TUHAN membagikan batas-batas wilayah kerja dan masing-masing berhak untuk menikmati. Apabilah haknya dirampas oleh oknum atau lembaga yang tidak bertanggung jawab, maka tugas dan mandat Gereja bukan berdiam diri tetapi mengambil peran aktif dalam menanganinya untuk membelah hak masyarakat yang adalah Umat atau Anggota Tubuh Kristus. Seperti yang dikatakan Makmur Alim bahwa :

”Gereja perlu memberikan konstribusinya (masukan) menggolkan HAM sebagai suatu nilai mulia. Gereja tidak dapat berdiam diri dengan tenang dan hanya menontong atau mendengar hasil positif dari usaha-usaha KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA (KOMNAS HAM) dalam mengenakan harga diri dan nilai-nilai seorang anak manusia. Peranan Gereja dalam memberikan konstribusi kepada HAM merupakan wujud dan manifestasi (perwujudan/gambar) dari TUHAN”, (Alim, 2000 : 304).

Alim memberikan suatu sumbangan pikiran indah bagi Gereja dalam tugas dan mandat TUHAN itu. Agar Gereja menjadi pembela Warganya dari berbagai pelanggaran yang dialaminya. Karena setiap orang berhak hidup di dunia ini. Seperti Pdt. Dr. Benny Giay berkata: ”Setiap orang berhak atas hidup, kebebasan dan keamanan bagi dirinya” (Giay, 2001 : 106). Dengan sikap dan inisiatif bahwa setiap orang berhak memiliki kebebasan, maka Gereja sebagai agen (perusahan/pedagang perantara) untuk memberi dan membebaskan serta memperjuangkan Umat-Nya. Di mana YESUS sebagai tokoh teladan pembela HAM bagi manusia, seperti Halim menuliskan-bahwa :

”Praktik HAM. KRISTUS merupakan Agen HAM melalui tindakan-tindakan-Nya konkret (nyata) dan berani. Baik secara ”Low profile”, maupun secara ”High-profile”, secara ”Low profile, Tokoh HAM, mengembalikan hak-hak sesama yang hilang, mengembalikan jati dirinya mereka yang lemah, dan membela yang akan mengalami pembunuhan keji” (Halim, 2000 : 305).

YESUS tolak ukur yang praktis (jelas/nyata). Ia sangat peduli kepada masyarakat yang tertindas, korban tindakan yang tidak adil dan sikap memiliki kelemah lembutan untuk mengangkat nilai-nilai kemanusiaan yang hilang. Terbukti dalam Injil Yohanes 8 : 1 – 11, ”Perempuan Samaria yang tertangkap Basah”, para ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi menangkap dan membawahnya kepada YESUS, dengan maksud mencobai Dia dan melempari perempuan itu dengan batu menurut Hukum Tauratnya. Namun YESUS membela hak hidupnya merupakan pembelaan HAM. Sikap YESUS terhadap perempuan adalah pelayanan manusia seutuhnya, seperti ini menjadi contoh yang unik (hanya satu-satunya) sebagai mitra kita. Lembaga-Lembaga Pembelahan Hak Asasi Manusia Papua juga mendorong Gembala di mana pentingnya keterlibatan Gereja (Gembala) di dalam membela hak masyarakat bahwa : ”Menolong maupun membela hak-hak orang, seperti anggota masyarakat yang memperjuangkan hak-hak dasarnya aktivis NGO, mengarah hukum (layer) bagi petugas Gereja”, (El-Sham Papua, 2003 : 88). Hal ini memberikan motivasi bagi Warga Gereja, pemimpin Gereja (Gembala) dan lembaga masyarakat bagaimana memperjuangkan apa yang sedang dialami oleh masyarakat tertindas.

Mengapa kita sebagai pemimpin Gereja (Gembala) berperan aktif dalam penanganan dunia Hak Asasi Manusia (HAM); 1) Pertama : Karena mereka ini adalah alat pemenuhan atau penunjang kebutuhan ekonomi Gembala, maju-mundurnya Gereja dan Gereja berkembang secara dinamis (senantiasa maju dan berkembang) tergantung dari kwantitas (jumlah) dan kwalitas (mutuh) umat TUHAN; 2) Kedua : Karena mencabut nyawa manusia dan tidaknya itu hak mutlak (harus/wajub) dari TUHAN Pencipta alam semesta. Kalau bukan masyarakat (Umat), siapa lagi yang akan membiayai kebutuhan Gembala di dalam pelayanan? Kalau bukan Gembala yang membela hak masyarakat (Umat), siapa lagi yang membela hak-hak dari mereka yang tertindas ini? Gembala harus meneladani KRISTUS dalam penanganan segala permasalahan Umat.

f. Mandat TUHAN untuk manusia bekerja di bumi ini, yakni: dalam dunia berpolitikan.

Akhir-akhir ini, Pengerja Gereja memandang Politik dengan hati dingin bahwa sesuatu yang harus dijauhkan dan sesuatu negatif (jahat) yang membahayakan atau tabuh (dosa). Politik adalah pengetahuan, segala urusan dan tindakan kebijaksanaan secara bertindak menghadapi berbagai masalah yang terjadi di kalangan masyarakat atau Umat. Politik adalah suatu taktik halus yang dipakai oleh oknum atau lembaga dalam memperjuangkan untuk perebutan kekuasaan, kursi, jabatan, nama dan pembebasan manusia/ekonomi/dan lain-lain sebagainya. Politik adalah juga berbicara tentang ketatanegaraan, contohnya seperangkat prinsip dasar pengaturan negara.

Sebenarnya politik sangat penting untuk kita melihat kembali dari pengalaman kisah perjuangan dari tokoh-tokoh Alkitab dalam Perjanjian Lama yang memperjuangkan demi umat TUHAN yang ditindas dari tekanan-tekanan penguasa terhadap Umat-Nya, sehingga pionir-pionir (perintis jalan) dapat berjuang untuk menolong Umat dengan sikap damai. Seperti Th, Van de End yang mengutip dari ungkapan Marthen Luther bahwa: ”Perkara Kristen tidak mungking diperjuangkan dengan cara duniawi, yaitu dengan memakai kekerasan” (End dan Luther, 1981 : 181). Mencari kebenaran suatu masalah dengan berani dan dengan memakai inisiatif (ide usaha/bersifat penuh rencana/pendapat) secara fisik serta kekerasan, melainkan usaha visi dan misi Gereja adalah memperjuangkan untuk membawa keadilan dan kebenaran dengan berpatokan pada bingkai KRISTUS, sebagaimana Rudi N. Assa menuliskan bahwa: ”Saat ini kita berjuang, tetapi tidak dengan kekerasan, sesuai dengan ajaran KRISTUS, sikap kita sesuai dengan Iman Kristen yang paling luhur” (Assa, 2002 : 190). Berarti Assa meberikan pemahaman kepada Gereja kita hari ini untuk memikirkan serta menyatakan diri terhadap ketidakadilan dan ketidakbenaran, menuju keadilan dan kebenaran serta menyikapi secara dasar seperti Firman TUHAN kepada gopala-gopala (gembala-gembala) bahkan kepada umat-Nya, untuk bertindak secara damai; seperti N.Assa mengutip ungkapan dan gerakan dari Wodrouw. W. bahwa:

”Kekristenan adalah kasih bagaimana yang diperlihatkan KRISTUS yang datang untuk menyelamatkan dunia. Politik bukanlah diperjuangkan untuk memperoleh sesuatu atau diplomasi (kebijaksanaan) Internasional, hanya pada satu-satunya secara mengamankan negaranya sendiri. Politik ada pada manusia ciptaan-Nya dapat menikmati kebaikan dan kasih karunia TUHAN. Manusia diciptakan TUHAN supaya mereka begitu pandangan Woldrouw Wilson tentang Alkitab, Kekristenan dan Politik”, (Assa, 2002:297).

Dengan ungkapan Woldrouw melafalkan (mengucapkan) ini benar bahwa tindakan Gereja berdiri di atas dasar yang kokoh yaitu YESUS KRISTUS, maka segala sesuatu yang melakukan keadilan dan kebenaran akan terlaksana. Jadi Gembala dan pemimpin Gereja kini tidaklah berdiam diri melainkan ikut berperan aktif dalam segala bidang. Karena itu masalah politik sangat penting dalam dua unsur maksud yakni: Pertama Politik Negatif, yaitu politik yang menghancurkan kelompok organisasi dalam masyarakat, dalam Gereja dan dalam lembaga lainnya, bahkan terjadi seperti; penindasan, pembunuhan, dsb., hal ini merupakan politik yang membawa kehancuran. Kedua adalah politik positif yaitu politik yang membela kebenaran, dan keadilan, yang membawa kebebasan dari tindakan-tindakan, secara dasar dan wajar, dengan tujuan yang besar untuk mengangkat nilai-nilai manusia, sebagai potret (gambar) TUHAN, untuk membela keadilan, dan kebenaran menuju kelegahan yang damai pada umat-Nya merupakan tugas dan tanggung jawab orang Gereja.


By: SENIOR PEKEY

Tidak ada komentar:

Posting Komentar